
Definisi
Sensory processing, (kadang-kadang disebut sebagai “sensori integrasi” atau SI) adalah istilah yang menggambarkan cara sistem saraf menerima pesan dari indera, dan mengubahnya menjadi motor yang sesuai dan respon perilaku, “Sensory Processing Disorder“, (SPD) adalah suatu kondisi yang terjadi ketika sinyal sensorik tidak dapat disusun menjadi respon tanggapan yang tepat. Hal tersebut berupa proses neurologis yang mengatur sensasi dari tubuh sendiri dan atau dari lingkungan serta memungkinkannya untuk menggunakan tubuh secara efektif dalam lingkungan.
Penyebab SPD antara lain adalah faktor keturunan, kondisi selama kehamilan atau trauma saat melahirkan, dan faktor lingkungan, yaitu rendahnya stimulasi sensori, kompleksitas lingkungan, serta interaksi manusia di lingkungan tersebut.
Diagnosa
SPD dapat terjadi pada saat perkembangan anak dan memiliki co-morbiditas tinggi dengan autisme dan gangguan perkembangan lainnya seperti: berat lahir prematur, cedera otak, gangguan belajar, dan kondisi lain. SPD dapat terjadi karena disfungsi dalam memproses informasi dari lingkungan melalui indera kita.
Deteksi Dini SPD
Berikut adalah gejala-gejala atau simptom yang patut dicurigai mengalami SPD dan perlu untuk diperiksakan lebih lanjut ke ahli.
Masa Bayi dan balita
- Masalah pada makan atau tidur
- Menolak untuk pergi kepada siapa pun kecuali diri saya
- Irritable ketika sedang berpakaian; tidak nyaman dalam pakaian
- Jarang bermain dengan mainan
- Melawan berpelukan, lengkungan kaki saat dipegang
- Tidak bisa menenangkan diri
- Floppy atau badan kaku, keterlambatan motorik
Masa Anak Usia Dini (PAUD dan TK)
- Over-sensitif terhadap sentuhan, suara, bau, orang lain
- Kesulitan dalam berteman
- Kesulitan berganti pakaian, makan, tidur, dan / atau pelatihan toilet
- Ceroboh; keterampilan motorik yang buruk; lemah
- Dalam gerakan konstan; di wajah dan ruang orang lain
- Sering marah atau marahnya berkepanjangan
Masa Sekolah Dasar
- Over-sensitif terhadap sentuhan, suara, bau, orang lain
- Mudah terganggu, gelisah, haus gerakan; agresif
- Mudah kewalahan
- Kesulitan dengan kegiatan tulisan tangan atau motorik
- Kesulitan berteman
- Tidak menyadari rasa sakit dirinya dan / atau orang lain
Masa Remaja dan Dewasa
- Over-sensitif terhadap sentuhan, suara, bau, dan orang lain
- Miskin harga diri; takut gagal di tugas baru
- Lesu dan lambat
- Selalu di perjalanan; impulsif; teralihkan
- Meninggalkan tugas yang belum selesai
- Kikuk, lambat, miskin keterampilan motorik atau tulisan tangan
- Kesulitan tetap fokus
- Kesulitan tetap fokus di tempat kerja dan dalam pertemuan
Komoriditas
SPD dapat tumpang tindih atau komorbid pada anak, tapi itu adalah umum untuk melihat gejala komorbid tersebut antara lain dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Autisme, Fragile X, Fetal Alcohol Syndrome sindrom, Obsesif Kompulsif Disorder (OCD), dan Tourette sindrom.
Para peneliti menemukan tumpang tindih dalam gejala ADHD dan SPD di 60% dari anak-anak yang telah didiagnosis dengan baik gangguan antara SPD atau ADHD. Di sisi lain, anak dengan autisme sering menunjukkan kesulitan dengan interaksi sosial, verbal, dan komunikasi nonverbal, dan perilaku repetitif.
Fragile X adalah kondisi genetik yang melibatkan kromosom X dan merupakan kecacatan intelektual yang diturunkan. Fragile X adalah penyebab paling umum dari autisme atau autis gangguan spektrum.
FAS (Fetal alchol syndrom) adalah sindrom cacat lahir permanen yang disebabkan oleh konsumsi ibu alkohol selama kehamilan.
Obsesif Kompulsif Disorder (OCD) didiagnosis ketika obsesi, pikiran mengganggu, atau gambar dampak harian berfungsi (NIMH, 2013). Pikiran dan gambar yang berasal dari obsesi ini adalah: “tidak diinginkan, tidak pantas, dan mengganggu, tidak terkait dengan acara yang sebenarnya kekhawatiran, berasal dari pikiran mereka sendiri dan tidak saran seseorang, tidak respon realistis untuk acara yang sebenarnya, dan dilakukan untuk menghindari rasa takut.
Sindrom Tourette ditandai oleh beberapa bermotor dan vokal gerenyet urat syaraf (tics) dimana ditampilkan oleh seorang anak. Beberapa anak, yang didiagnosis dengan sindrom Tourette, akan melakukan tics ketika mereka mengalami rangsangan indra, baik jika mereka mencari atau menghindari itu.
Intervensi
Tujuan dari intervensi adalah menormalisasi pengolahan sensorik dan integrasi untuk menghasilkan tanggapan adaptif. Intervensi dilakukan dengan meningkatkan pengolahan sensorik untuk dampak gerakan, belajar, dan sosio-emosional serta kesejahteraan. Gambar di atas menjelaskan bagaimana proses intervensi yang dijalankan dari mengoptimalkan sistem sensori secara bertahap hingga mampu menumbuhkan kecerdasan hingga anak mampu belajar dan mencapai prestasi akademis.
Intervensi SI atau SPD yang sukses tidak dikontrol ketat oleh terapis. Sesi ini bergantung pada keinginan anak dan motivasi intrinsik untuk berinteraksi dengan lingkungan dengan mendorong anak untuk memilih kegiatan yang akan dilakukan. Oleh karena itu, penting dalam intervensi SPD atau SI untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak sehingga muncul motivasi intrinsiknya.
Daftar Pustaka
Brown, J. (2009). An introduction to identification and intervention for children with sensory processing difficulties.https://childhealthanddevelopment.files.wordpress.com/2011/04/si-presentation_for_mh_practioners.pdf. Diakses 28 januari 2016.
Lonkar, H. (2014). An overview of sensory processing disorder: use of sensory integration theory. Honors Theses. Paper 2444: Western Michigan University
Apa penderita autis yg sudah masuk usia remaja yaitu di atas 17 tahun ..bisa di obati ..atau minimal bisa di atasi dgn obat .? Mohon penjelasannya sebelumnya saya ucapkan terima kasih .
Untuk mengetahui pengobatan atau treatment apa yang cocok dengan putra/i Ibu/Bpk, sebaiknya di tes terlebih dahulu. Hal ini untuk mengetahui kondisi terkini dari permasalahan yang dialami. Salah satu pengobatan autis adalah dengan DSA. Namun untuk melihat efektivitasnya perlu dilakukan pemeriksaan lengkap terlebih dahulu. Semoga bermanfaat