Sensori integrasi adalah suatu proses neurologi yang berfungsi mengorganisasikan informasi dari tubuh dan dunia luar dalam dunia sehari-hari.
Proses ini bekerja sebagai system di saraf pusat yang berisi jutaan neuron di sumsum tulang belakang dan otak. Dalam kenyataannya, gangguan kemampuan sensori integrasi yang dialami anak sejak lahir akan mengganggu proses pengorganisasian, pikiran, dan perilaku. Kondisi ini dapat dilihat, bagaimana regulasi diri anak dalam mengontrol aktivitas perilakunya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Fisioterapi dalam hal ini sangat dibutuhkan untuk merangsang syaraf perifer atau syaraf tepi. Syaraf ini berada di seluruh bagian tubuh yang mempengaruhi susunan syaraf pusat. Fisioterapi memberikan rangsangan sensori keseluruh bagian tubuh melalui batang otak dan sumsum tulang belakang. Bagian sumsum tulang belakang bertugas untuk menerima rangsansang sensori yang kemudian diintegrasikan dibagian syaraf pusat untuk dikoordinasikan dalam bentuk respon yang diharapkan. Terapi sensori integrasi tanpa diiringi dengan fisioterapi, sudah tentu memakan waktu yang lebih lama, sehingga perkembangan hasil terapinya lebih lama terlihat perubahannya. Untuk itu dibutuhkan perpaduan antara kedua terapi, yaitu terapi sensori integrasi dan fisioterapi agar diperoleh hasil yang optimal.
Banyak sekali permasalahan anak kebutuhan khusus yang membutuhkan terapi sensori integrasi dan fisioterapi di tujuh tahun awal kehidupannya, seperti ADHD, Autisme, Disleksia, Cerebal Palsy, PDD-NOS,
Benang Merah Gangguan Perkembangan
TERAPI | GANGGUAN | PROBLEM |
Terapi Sensori Integrasi (SI)
0—3 tahun
|
Masalah pada makan atau tidur | · Vestibular
· Security feeling · Expression love · Language |
Menolak untuk pergi kepada siapa pun kecuali diri saya | ||
Irritable ketika sedang berpakaian; tidak nyaman dalam pakaian | ||
Jarang bermain dengan mainan | ||
Menolak atau melawan saat diminta berpelukan, lengkungan kaki saat dipegang | ||
Tidak bisa menenangkan diri | ||
Floppy atau badan kaku, keterlambatan motorik | ||
Terapi SI
Terapi Wicara
Preschool & Kindergarden |
Over-sensitif terhadap sentuhan, suara, bau, orang lain | · Tactil
· Propioceptip · Theory of Mind · Self concept · Grammar Language |
Kesulitan dalam berteman | ||
Kesulitan berganti pakaian, makan, tidur, dan / atau pelatihan toilet | ||
Ceroboh; keterampilan motorik yang buruk; lemah | ||
Dalam gerakan konstan; di wajah dan ruang orang lain | ||
Sering marah atau marahnya berkepanjangan | ||
Terapi Metakognitif
6 – 12 thn |
Over-sensitif terhadap sentuhan, suara, bau, orang lain | · Konsentrasi
· Memori · Comprehension · Kontrol Perilaku · Analisa · Sintesa · Evaluasi · Kreativitas |
Mudah terganggu, gelisah, haus
gerakan; agresif |
||
Mudah kewalahan | ||
Kesulitan dengan kegiatan tulisan tangan atau motorik | ||
Kesulitan berteman | ||
Tidak menyadari rasa sakit dirinya dan / atau orang lain | ||
Terapi CBT Keluarga
12 – 21 thn |
Over-sensitif terhadap sentuhan, suara, bau, dan orang lain | · Clinical problem
· Self confidence · Self esteem |
Miskin harga diri; takut gagal di tugas baru | ||
Lesu dan lambat | ||
Selalu di perjalanan; impulsif; teralihkan | ||
Meninggalkan tugas yang belum selesai | ||
Kikuk, lambat, miskin keterampilan motorik atau tulisan tangan | ||
Kesulitan tetap fokus | ||
Kesulitan tetap fokus di tempat kerja dan dalam pertemuan |
Masalah Sistem Sensitivitas Tactil
Sistem tactil bermain di dalam kemampuan fisik, mental, dan emosional di dalam membentuk perilaku. Setiap orang memiliki sensitivitas tactile ketika semua fungsi penginderaan nya dapat menghantarkan informasi di dalam fungsi persepsi visual, planning motoric, body awareness, maupun terhadap kemampuan social skill. Kondisi ini sangat mempengaruhi rasa aman secara emosional dan kemampuan belajar secara akademik. Kondisi ini biasanya dialami oleh anak-anak yang mengalami hipersensitivitas atau hiposensitivitas. Bahkan kesulitan membedakan rangsang penginderaan.
Masalah sensitivitas vestibular
Sistem vestibular adalah kemampuan memperoleh keseimbangan antara gerak dan koordinasi pikiran. Salah satu cara yang digunakan adalah menghubungkan pesan sensoris ke bagian syaraf pusat melalui pengalaman yang dibuat sampai terbentuknya kerangka kerja dari syaraf pusat secara efektif. Anak yang mengalami gangguan sensitivitas vestibular memiliki ciri sering terjatuh, menabrak barang-barang, sampai denngan kesulitan untuk duduk diam saat membaca. Emosinya sering terlihat naik turun, dengan attention yang tidak terpelihara dalam waktu yang diharapkan.
Masalah Sistem Propioseptik
Sistem propioseptik adalah kemampuan diri untuk mengontol posisi gerak tubuh. Kondisi ini berkaitan dengan proses integrasi antara sensasi gerak dan sentuhan. Proses penerimaan sensasi propioseptik berkaitan dengan otot, ligament, tendon, dan lapisan penguhung antar motoric gerak. Kemampuan ini berkaitan dengan posisi anak menerima pesan tanpa dia sadari pada akhirnya, sehingga terjadi automatisasi gerak yang fleksibel, tidak terkesan kaku dan memiliki kemampuan control motoric yang terencana.
Masalah Asosiatif
Masalah ini berkaitan dengan pemrosesan informasi bahasa pada indera pendengaran, mengartikulasikan kata-kata saat berbicara, kemampuan terhadap persepsi penglihatan dan gerak mata, masalah koordinasi terhadap kemampuan fungsi pengecapan saat makan, masalah kontrol fungsi toilet training dan masalah tidur. Kemampuan asosiatif adalah kemampuan pertama anak untuk dapat belajar, termasuk baca, tulis, dan merasakan masalah social secara emosional.
Proses Tahapan Terapi SI Metakognisi

Seperti yang kita ketahui bahwa mekanise kerja otak dapat terjadi dari berbagai macam bentuk proses. Diantaranya proses lateralisasi yang dapat menutupi ketidakmampuan prosses bahasa disebagian belah otak. Pada proses kemampuan sensori integrasi memang memiliki proses yang runtut berbeda dengan fungsi kongitif bahasa.
Masalah keruntutan ini yang menyebabkan proses terapi harus dilakukan dengan sejumlah tahap secara berurutan. Dimana dari gambar diatas dapat terlihat bahwasanya tahap paling mendasar harus terpenuhi keterampilannya sebelum naik ke tahap di atasnya.
Proses neurologi berfungsi untuk mengorganisasikan sensasi dari tubuh dan lingkungan, serta membuat tubuh lebih efektif di dalam merespon informasi dari lingkungan. Proses ini harus menjadi program yang secara otomatis berfungsi di saat input sensori masuk. Proses automatisasi ini dapat diperoleh dari proses pelatihan secara motorik dan melalui proses bealjar, melalui metode metakognisi.
Proses terapi akan melalui tahap, dimana anak akan dilatih secara motorik untuk merangsang sistem penginderaan, menerima sensitivitas dari lingkungan, baru kemudian masuk ke tahap sensori motorik dan perceptual motorik untuk melakukan sejumlah perintah yang diharapkan.
Setelah proses pelatihan dianggap telah mampu mencapai tahapan yang optimal, barulah seorang anak memasuki tahap proses berpikir. Proses berpikir ini termasuk kemampuan untuk membuat strategi, pengambilan keputusan, membuat planning, membuat cerita, hingga munculnya insight di dalam bentuk self-talk. Proses berpikir yang telah di dasar dengan kemampuan sensori motorik yang optimal akan mewujudkan suatu koordinasi regulasi diri yang baik. Kondisi ini yang diharapkan dapat terwujud melalui terapi yang dilakukan secara rutin dan disiplin. Proses yang dilakukan akan menghasilkan proses neuroplastisitas di otak sehingga hasilnya prosesnya dapat merubah sturktur otak secara keselurahan.
Keterangan gambar: Baris pertama (warna biru) menunjukkan area otak mana anak-anak dengan SPD (sensory processing disorder) memiliki masalah kurangnya area putih daripada anak-anak normal. Hal ini terutama jelas di belakang otak, situs utama untuk transmisi informasi sensorik. Baris dua dan tiga (oranye) menunjukkan bagian otak mana anak-anak dengan SPD memiliki materi lebih putih – meskipun “integritas struktural” adalah gangguan—(sumber https://www.ucsf.edu/news/2016/01/401461/brains-wiring-connected-sensory-processing-disorder).
Pentingkah fisioterapi ?
Fisoterapi ini mampu meningkatkan fungsi fisiologi syaraf pusat dan tepi sehingga mampu meningkatkan sensitivitas tactil. Fisioterapi yang dilakukan adalah dengan menggunakan akupuntur listrik atau elektro akupuntur. Teknik ini setara dengan 1000 jarum akupuntur namun tidak menimbulkan rasa sakit serta aman bagi anak.

Melalui bantuan teknik akupuntur listrik ini, tumbuh kembang fisiologi tubuh anak dioptimalkan sehingga mampu meningkatkan sensitivitas tactil, social initiation, receptive language, motor skills, coordination, dan rentang perhatian. Berdasarkan penelitian, alat ini dapat secara efektif meredakan gejala autisme anak dan meningkatkan kecerdasan, kemampuan bahasa, dan kemampuan sosial adaptif.
Tes Analisa Skala dan EEG Otak


Tes EEG ini ditujukan untuk mengetahui apakah anak memiliki gangguan belajar sebagai akibat gangguan biologis, neurologis atau neuropsikologis. IQ bukan jaminan anak akan sukses secara akademik, akan tetapi gangguan fungsi dan hambatan fungsi-lah yang akan mengganggu anak secara akademis di sekolah. Gangguan kosentrasi, memori, pemahaman, Slow Learner, Disleksia, Diskalkulia, Autis (Asperger), PDD-NOS, ADD, ADHD, manik-depresif dapat diketahui akar penyebabnya dari pemeriksaan kesulitan belajar. Melalui test ini akan diketahui sumber penyebab gangguan agar intervensi dapat lebih efektif di jalankan. Intervensi yang digunakan adalah metakognitif, sensori integrasi, fisioterapi, terapi wicara.